BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekonomi Asia dan
juga Indonesia yang kurang bergairah pasca krisis ekonomi 1998, mengakibatkan
daya beli masyarakat menurun. Begitu juga dengan ongkos transportasi udara
dirasa terlalu mahal dengan segala ekstra servicenya. Kemudian, seiring dengan
semua itu, muncul beberapa maskapai penerbangan yang menawarkan harga tiket
dengan struktur biaya operasional yang lebih rendah atau istilah yang dipakai
adalah LCC (Low Cost Carrier). Kemunculan LCC otomatis menjawab kebutuhan yang
ada.
LCC (Low Cost
Carrier) atau Budget Airlines atau biasa disebut juga Discounter Carrier
merupakan bisnis jasa angkutan udara yang menggunakan pelayanan yang serba
efisien, sederhana, dan ringkas, kecuali soal yang menyangkut safety, apapun
yang hemat tetap diterapkan. Ciri utamanya adalah harga tiket yang terjangkau
serta layanan terbang yang minimalis. Intinya product value yang ditawarkan
senantiasa berprinsip low cost atau biaya rendah untuk menekan dan mereduksi
pengeluaran operasional dalam menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas.
Dalam kesehariannya,
LCC memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Menghilangkan system lembaran tiket diganti dengan
selembar flight coupon.
2. Mereduksi penyajian makanan atau dihilangkan atau
makanan yang ada justru diperdagangkan di udara serta meniadakan hiburan
penerbangan seperti film atau musik.
3.
Tiket dijual sub class.
4. Memakai satu jenis pesawat untuk meningkatkan utilisasi
serta menekan biaya training dan maintenance. Rata-rata terbang dibawah empat jam
guna menghilangkan layanan ekstra untuk penerbangan jauh.
5.
Menggunakan bandara sekunder yang berbiaya murah dan
masih belum begitu padat.
6.
Penerapan pola penerbangan point to point.
7. Diterapkannya outsourching dan karyawan kontak terhadap
SDM non vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat di bandara.
8. Condong kepada penjualan langsung melalui internet
ketimbang lewat agen untuk menghilangkan commision fee.
Kebijakan harga dari
maskapai yang menggunakan LCC biasanya sangat dinamis dengan tiket diskon dan
promosi. Untuk memperbaiki pendapatan yang hilang dari penurunan penjualan
tiket, maskapai akan mengenakan biaya tambahan seperti makanan, prioritas
boarding, bagasi, dll.
BAB 2
PEMBAHASAN
Maskapai penerbangan
bertarif rendah merupakan sebuah maskapai penerbangan yang memberikan tarif
rendah dengan gantinya menghapus beberapa layanan penumpang. Melalui berbagai
media, cara ini menghasilkan banyak maskapai dengan harga tiket yang rendah dan
layanan yang terbatas karena biaya operasinya.
Beberapa praktik
model bisnis maskapai bertarif rendah meliputi:
1.
Sebuah kelas penumpang tunggal.
2. Sebuah tipe pesawat terbang bersayap tetap (umumnya
Airbus A320 atau Boeing 737) tunggal, mengurangi biaya pelatihan dan
pengoperasian.
3.
Sebuah kumpulan peralatan kecil pilihan di pesawat,
seringkali tidak termasuk perlengkapan modern seperti ACARS, lebih mengurangi
biaya perawatan.
4. Sebuah cara harga biasa, seperti memberi setengah harga
tiket searah daripada ulang-alik (terkadang harga naik seiring pesawat mengisi
bahan bakar sehingga menuntut reservasi awal).
5. Kursi yang tidak ditentukan (memperbolehkan penumpang
memasuki pesawat lebih awal dan cepat).
6. Terbang murah, bandar udara kedua yang kurang padat dan
terbang awal di pagi atau sore hari untuk menghindari penundaan lalu lintas
udara dan pajak pendaratan lebih murah.
7. Rentang waktu terbang ulang alik yang cepat
(memperbolehkan penggunaan pesawat secara maksimum).
8.
Rute yang dipermudah, menekankan perpindahan
titik-ke-titik daripada pindah pesawat.
9. Mengutamakan penjualan tiket secara langsung, khususnya
melalui internet (menghindari pajak dan komisi terhadap agen perjalanan dan
system reservasi komputer)
10. Memperbolehkan
penggunaan dan pengambilan melalui tiket elektronik.
11. Karyawan
dengan berbagai pekerjaan, seperti pramugari yang juga membersihkan pesawat
atau bekerja sebagai petugas gerbang.
12. Makanan
dalam penerbangan “gratis” dan layanan “cuma-cuma’’ dihapus dan digantikan
dengan pilihan makanan dan minuman yang dibayar.
13. Sebuah
keseganan untuk menangani penumpang dengan layanan khusus, contohnya dengan menaruh
batas usia yang tinggi pada Unaccompanied Minors (UM) daripada maskapai layanan
penuh.
14. Program
lindung nilai bahan bakar yang agresif.
15. “tidak
mengikat” biaya tambahan (seperti pajak bandara dan pajak lainnya sebagai biaya
yang dipisah daripada sebagai bagian dari harga yang diiklankan) untuk membuat
harga “headline” terlihat rendah.
Mengapa mereka
menggunakan LCC? Dalam tiket pesawat yang kita beli terdapat beberapa factor
biaya dan dari factor biaya itulah LCC membuat strategi sebagai berikut:
a.
Reservasi online
b.
Issue tiket lebih awal
c.
Penanganan bagasi
d.
Nomor tempat duduk
e.
Safety instruction pribadi
f.
Makanan dan minuman
g.
Jarak antar kursi
h.
Landing dan parkir
i.
Flight connection yang memabukkan
j.
Waktu check-in
A.
Airline internasional yang menggunakan LCC
1.
Tiger Airways
Adalah penerbangan
bertarif rendah yang berpangkalan di Singapura. Penerbangan ini didirikan pada
12 Desember 2003 dan mulai beroperasi pada 21 September 2005 dimana pada saat
itu sebanyak 50.000 penumpang menggunakan penerbangannya. Pada 2006, Tiger
Airways telah melayani 1,2 juta penumpang.
Tiger Airways adalah
penerbangan bertarif rendah pertama dari Singapura yang menerima kelulusan dari
pihak berkuasa China untuk terbang ke bandara-bandara di selatan China seperti
Haikou, Guangzhou, dan Shenzhen. Tiger Airways telah melayani 19 bandara tujuan
dari 8 negara. Salah satunya adalah Thailand dimana Tiger Airways telah
melayani 4 bandara di sana. Sebagai sebuah penerbangan bertarif rendah, makanan
dan minuman dijual di dalam pesawat. Menu yang disediakan seperti mie instan,
sup, sandwich, minuman panas maupun minuman dingin, dan arak juga dijual.
2.
JetBlue Airways
Adalah maskapai
penerbangan Amerika bertarif rendah yang dimiliki oleh JetBlue Airways
Corporation. JetBlue adalah penerbangan non-serikat. Perusahaan ini bermarkas
di Forest Hills, New York City. Pada 2001, JetBlue mulai beroperasi di Long
Beach Airport, California dan pada 2004 di Boston’s Logan International
Airport. JetBlue juga beroperasi di Fort Lauderdale, Washington-Dulles dan
Bandar udara internasional Orlando.
Maskapai ini
melayani tujuan terutama di Amerika Serikat bersama dengan penerbangan ke
Karibia, Bahama, Bermuda, Kolombia, Costa Rica, Jamaika, dan Meksiko. Tambahan
layanan internasional seperti Saint Lucia (UVF) dan New York (JFK) mulai 26
Oktober 2009 dan Kingston serta Jamaika (KIN) mulai 30 Oktober 2009. JetBlue
melayani sejumlah besar tujuan dari Austin-Bergstrom international Airport, Las
Vegas International Airport, Luis Munoz Marin International Airport, Oakland
International Airport, dan Southwest Florida International Airport.
B.
Airlines Domestik yang menggunakan LCC
a.
Indonesia Air Asia
PT. Indonesia Air
Asia merupakan kerjasama gabungan dengan maskapai berbiaya rendah yang
terkemuka di Asia Tenggara, AirAsia Berhad yang memiliki 49% sahamnya.
Indonesia Air Asia diluncurkan pada tanggal 8 Desember 2004 sebagai maskapai
penerbangan berbiaya hemat dan mengusung konsep yang sama dengan Grup AirAsia.
Indonesia Air Asia hadir dengan harga terjangkau dan konsep “tanpa embel-embel”
(tanpa tiket, tempat duduk bebas tanpa penyediaan makanan). Indonesia Air Asia
telah mengoperasikan 11 armada Boeing 737-300 yang melayani 8 rute domestic
yaitu dari Jakarta ke Medan, Padang, Pekanbaru, Denpasar, Balikpapan, Surabaya,
Batam dan Solo, serta 15 rute internasional dari Jakarta, Bandung, Bali, Medan,
Padang, Pekanbaru, Surabaya ke Kuala Lumpur (Malaysia), dari Jakarta ke Johor
Bahru, Bangkok, Kota Kinabalu, Kuching, dan Penang, dari Medan ke Penang, dan
dari bali ke Kota Kinabalu dan Kuching. Hingga akhir tahun 2007, Indonesia Air
Asia telah menerbangkan lebih dari 4,3 juta tamu.
Bagi Indonesia
AirAsia keselamatan penumpang merupakan hal terutama. Indonesia AirAsia selalu
mengedepankan keselamatan penumpang beserta awak pesawat dan pilot. Tidak hanya
saat di udara, tetapi juga saat pemesanan, check in, boarding, terbang hingga
tiba di tempat tujuan. Indonesia AirAsia mempercayakan seluruh pesawat
armadanya di Garuda Maintenance Facilities (GMF).
Indonesia AirAsia
akan terus melakukan pengembangan serta penambahan armada untuk memenuhi
antusiasme masyarakat terhadap hadirnya maskapai dengan konsep low Cost Carrier
yang aman dan nyaman di Indonesia.
b.
Lion Air
Lion Air secara
hukum didirikan pada bulan Oktober 1999. Namun pengoperasian baru dimulai pada
30 Juni 2000. Lion Air didirikan dengan menawarkan tiket pesawat yang lebih
rendah kepada pelanggan. Hingga pertengahan 2005, Lion Air menempati terminal
dua bandara Soekarno Hatta. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke terminal
satu hingga saat ini.
Pada 2005, Lion Air
memiliki 24 pesawat penerbangan yang terdiri dari 19 seri MD80 dan 5 pesawat
DHC-8-301. Untuk memenuhi layanan rendah biaya, armada Lion Air didominasi oleh
MD80 karena efisiensi dan kenyamanannya. Dalam upaya meremajakan armadanya,
Lion Air telah memesan 60 Boeing 737-900ER yang akan diantar bertahap dari 2007
hingga 2010. Pada Juni 2008, Lion Air akan berubah menjadi full service. Lion
Air juga berencana bersaing baik dengan Garuda maupun Saudi Arabia Air untuk
menerbangi rute-rute umroh bahkan haji dengan pesawat 777.
c.
Batavia Air
Maskapai penerbangan
Batavia Air yang mulai beroperasi secara resmi pada 5 Januari 2002. Batavia Air
tidak bermain di kelas bisnis atau eksekutif. Untuk kelas bisnis dan eksekutif
diserahkan saja kepada pemain yang sudah lama dan berpengalaman seperti Garuda
Indonesia. Pangsa pasar yang ditargetkan Batavia sejak awal adalah masyarakat
kelas menengah bawah. Hal itu sesuai dengan konsep awal pendirian perusahaan
yang memberikan pelayanan transportasi udara yang murah dan terjangkau
masyarakat luas.
Kini dengan dukungan
7 armada, masing-masing 2 Boeing 737-400, 4 Boeing 737-200 serta 1 Foker F28.
Batavia Air telah melayani 11 rute domestic yakni Jakarta-Padang,
Jakarta-Pangkalpinang, Jakarta-Medan, Jakarta-Manado, Jakarta-Pontianak,
Jakarta-Surabaya-Balikpapan, Jakarta-Surabaya-Kupang. Jakarta-Surabaya-Kupang
secara resmi baru dilayani pada 6 Juli 2003.
Load factor
pesawat-pesawat yang dioperasikannya saat ini cukup tinggi. Sebelum peak
season, load factor pesawat mencapai 80% - 90%. Sedangkan di musim peak season
sekarang hampir 100%, karena permintaan memang cukup tinggi. Hampir di semua
rute yang dilayani terjadi over booking dan sulit dipenuhi permintaan pengguna
jasa.
Di sisi pelayanan
memang on time performance (OTP) alias tepat waktu sangat penting. Ketepatan
waktu harus menjadi perhatian, karena itu OTP Batavia Air saat ini rata-rata di
atas 90%. Namun demikian keselamatan penerbangan adalah segala-galanya. Karena
itu, perusahaan sangat ketat dalam melakukan pemeliharaan pesawat. Soal
pelayanan kepada pengguna jasa, perusahaan terus memperbaiki. Kekurangan memang
masih ada, tapi perbaikan pelayanan tidak pernah terhenti. Mulai dari system
reservasi tiket yang telah connecting dengan computer cyber ABACUS, check in di
bandara dan juga pelayanan di dalam pesawat juga dibenahi.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Layanan penerbangan
domestic yang menggunakan konsep Low Cost Carrier seperti AirAsia, Lion Air,
dan Batavia Air berkomitmen untuk menawarkan harga terbaik untuk pelanggan
dengan layanan standar. Sedangkan untuk penerbangan internasional yang
menggunakan konsep Low Cost Carrier, menawarkan harga yang rendah kepada
konsumen untuk penerbangan jarak jauh dengan layanan standar namun mereka
cenderung menghentikan pengoperasian pesawatnya apabila perusahaannya mengalami
masalah keuangan yang terkait dengan tingginya bahan bakar atau perusahaan
mengalami kerugian yang sangat besar di mana perusahaan tersebut tidak mampu
lagi untuk mengoperasikan pesawat-pesawatnya. Tetapi pada umumnya pelayanan
yang diberikan sama seperti makanan dan minuman yang ada dijual di dalam
pesawat dan meniadakan hiburan seperti musik selama penerbangan berlangsung.
B.
Saran
Bagi maskapai
penerbangan yang menggunakan konsep LCC yang menawarkan harga yang rendah dan
layanan yang terbatas kepada konsumen sebaiknya lebih memperhatikan standar
keselamatan penumpang meskipun tujuan dari LCC itu sendiri yakni untuk
memperbaiki pendapatan yang hilang akibat penurunan harga dari penjualan tiket.
Tetapi keselamatan penumpang adalah hal yang paling penting dalam dunia
penerbangan. Oleh karena itu, setiap maskapai harus melakukan perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan terhadap pesawatnya apabila terjadi kerusakan.
0 komentar:
Posting Komentar