HIDUP


Seperti berdiri di tengah kerumunan orang
Saat kau berteriak tidak ada yang mendengar
Saat kau bicara tidak ada yang memperhatikan
Saat kau menangis tidak ada yang merasa iba

Roda terus berputar tanpa henti
Jika berhenti pasti ada yang salah
Ada yang datang, ada yang pergi
Tidak ada yang bisa tinggal di sini

Bagai air yang mengalir
Begitulah kau melangkah
Arus tidak selalu membawamu ke tujuan
Karena dia dapat menyesatkan

Lihatlah di sekitarmu
Semua orang kesana kemari
Mencari jati diri mereka
Itulah hidup




Yogyakarta, 31 Desember 2011
Destini Magdalena

MENUNGGU


Detik demi detik ku lalui
Dengan harapan kau kan muncul di sana
Berulang kali kulihat jam di tangan
Tapi kau tak datang

Aku kecewa
Mengapa aku selalu menunggu
Sementara kau tidak
Apakah tidak ada kata lain untukku selain menunggu

Ku menanti dengan sabar
Karena ku yakin kau kan datang
Kau membuatku menunggu sekian lama
Tak pernah kau pikirkan aku

Aku lelah menunggu
Aku butuh kepastian darimu
Aku tidak mau menunggu lagi
Karenamu aku di sini


Yogyakarta, 8 Januari 2012

Destini Magdalena



GALAU


Aku hancur
Semuanya berkecamuk dalam hati
Aku tak bisa berpikir
Aku tak bisa mencerna apa yang ku dengar

Kemana harus pergi
Meninggalkan semua ini
Tak ada tempat yang pas untuk pergi
Lalu kemana

Tak ada arah yang di tuju
Jalan bercabang terbentang di depan
Mana yang ku pilih
Bagaimana kalau pilihan itu salah

Ku coba menenangkan hati
Berusaha berpikir jernih
Tapi aku jatuh lagi dan lagi
Aku gagal

Yogyakarta, 3 Januari 2012

Destini Magdalena














GORESAN PENA


Goresan pena memenuhi lembaran
Baris demi baris terisi dengan duri
Aku bertanya
Apakah itu

Keegoisan, kemunafikan, kebencian
Kau tumpahkan dalam goresan pena
Kau biarkan orang tahu
Kau biarkan orang menyapa
Apa yang kau inginkan

Tiap kata mengandung makna
Memberi arti sesungguhnya
Kritikan membuat marah, senang
Apa yang kau rasakan

Beda pendapat, satu tujuan
Kau bisa menyatukan semua
Tanpa ada duri di celahnya


Yogyakarta, 17 Desember 2011
Destini Magdalena

JENUH


Malam semakin larut, namun aku tidak dapat memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Sudah hampir seminggu, aku seperti orang yang menderita insomnia. Aku tidak tahu apa yang membuatku tak dapat tidur dan pergi ke dunia mimpi. Aku seperti orang bodoh. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya melongo, menatap layar di depanku tanpa bisa menulis atau mengerjakan sesuatu.

Ah, ada apa dengan diriku?

Semua jadwal yang telah aku rencanakan beberapa waktu lalu tidak dapat aku laksanakan. Aku berusaha, tetap tidak bisa. Tulisan yang harus aku selesaikan dalam waktu dua bulan belum juga selesai. Semua yang aku butuhkan untuk tulisan ini sudah ada di depan mata. Tetapi, setiap kali aku ingin memulainya, pasti rasa jenuh akan muncul dan semuanya berantakan. Aku butuh sesuatu yang baru, yang bisa membangkitkan semangatku.

"AKU PASTI BISA......"







TERIAKAN PAGI HARI


Ku dengar kicau burung bernyanyi ria menyambut pagi yang cerah. Anak-anak kecil bersenda gurau di sekitar rumah mereka. Tinggal di dalam perkampungan dengan  rumah yang mungil dan sederhana tidak menyurutkan kegembiraan mereka sedikit pun. Ibu-ibu mulai berkumpul di salah satu warung di tengah perkampungan. Gelak tawa mereka mulai terdengar. Entah apa yang mereka bicarakan, aku pun tak tahu.
Tak lama ku dengar salah seorang ibu berkata kepada anaknya begini : “ Ayo sekolah, biar tambah besar dan pintar “. Sungguh semangat yang luar biasa di tengah kesusahan yang mereka hadapi. Mereka ingin anaknya lebih maju dibandingkan orang tuanya. Meskipun banyak kendala yang dihadapi, tetapi mereka tetap memberikan dukungan kepada anak-anak mereka untuk tetap menuntut ilmu.
Apakah kita juga punya semangat seperti mereka???
Semangat yang kita miliki tidak sama dengan semangat yang mereka miliki. Kita punya segalanya, tetapi kita menyalahgunakan apa yang kita punya untuk hal-hal yang tidak berguna. Orangtua kita masih mampu membiayai sekolah dan keperluan kita setiap hari. Tapi, apa yang terjadi? Kita menjadi malas, karena menganggap bahwa orangtua kita masih mampu membiayai, jadi untuk apa terburu-buru? Padahal orangtua kita sangat mengharapkan agar kita dapat menyelesaikan setiap jenjang pendidikan dengan baik dan sukses. Terkadang ada anak yang mempunyai masalah tersendiri dalam proses belajar yang tidak dimengerti oleh orangtua. Orangtua terus menuntut agar anaknya dapat menyelesaikan pendidikannya secepat mungkin, entah karena gengsi dengan anak tetangga yang lebih dulu selesai atau apalah alasannya. Tetapi imbasnya, anak tersebut akan merasa tertekan, malas  dan bisa jadi putus asa.
Teman, jika kita mengabaikan pendidikan maka cita-cita yang kita harapkan tidak akan tercapai. Berusahalah sebisa mungkin selagi orangtua kita masih mampu menyekolahkan kita. Jangan disia-siakan kesempatan yang ada. Kita patut bersyukur karena kita masih di beri kesempatan untuk meraih cita-cita. Coba lihat anak-anak yang hidup di jalanan, mereka ingin seperti kita. Anak-anak di desa yang hidup seadanya punya semangat yang tinggi untuk bersekolah. Seharusnya kita yang masih mampu merasa malu karena mereka yang hidup seadanya punya semangat dan cita-cita yang tinggi…..

MENDUNG DI ATAS PASIR PUTIH

Di tengah panasnya terik matahari, aku berjalan menyusuri pantai ditemani deru ombak yang kian mengguncang. Anak-anak kecil berlarian di pinggir pantai dengan wajah riang seakan tak peduli dengan panasnya matahari yang menusuk. Sungguh indah melihat ombak biru dengan pemandangan alam sekitar yang hijau di tengah bebatuan berwarna coklat. Bukit-bukit kecil yang mengelilingi pantai melengkapi keindahannya.
Namun keindahan yang aku nikmati berangsur-angsur hilang di terpa angin yang bertiup kencang. Sesaat aku tertegun melihat onggokan rumput laut dan daun-daun kering yang berserakan di sekitarku. Tidak hanya satu atau dua. Saat aku membuang pandanganku jauh ke sana, kulihat banyak sekali rumput laut yang sudah mengering, berayun-ayun di bawa ombak ke pinggiran. Seakan-akan aku tidak berjalan di atas pasir putih melainkan di atas pecahan kaca yang menusuk kakiku. Dalam hatiku berkata mengapa tempat ini tidak dijadikan saja alam liar bagi hewan-hewan yang berkeliaran dan tidak punya tempat tinggal, bagi tumbuh-tumbuhan liar yang bebas hidup dimana saja.
Sejak kecil aku selalu mendengar cerita tentangmu yang begitu indah dengan ombak biru dan pasir putih, bukit-bukit batu yang mengelilingi dengan lantai rumput kering. Selama ini aku selalu membayangkan, suatu saat aku akan menginjak pasir putih dengan keindahan di sekelilingnya seperti yang aku dengar dulu, tetapi yang aku dapati saat ini hanyalah sebuah cerita dongeng.  Kudapati sejumlah pondok yang yang tidak terurus  berjajar rapi di pesisir. Dindingnya yang terbuat dari kayu sudah mulai rusak dimakan rayap. Betapa pilu aku melihat negeri khayangan itu.
Sore itu, aku melihat sebuah mahakarya yang luar biasa. Tak pernah aku menyaksikan keindahan seperti ini di tempat lain yang pernah aku singgahi. Langit berwarna kuning kemerahan menemani matahari yang perlahan-lahan masuk ke peraduannya. Bersamaan dengan itu, ada janji yang terkubur dalam hati. Kalau tidak terkabulkan maka aku telah mati. Aku mulai bergegas untuk kembali ke rumah. Di sepanjang perjalanan, aku masih bisa menikmati keindahan bukit-bukit batu, pohon-pohon lontar yang berdiri tegak, rumput ilalang yang berayun di terpa angin yang bertiup lembut membuat hati ini tenang kembali. Di pintu keluar, aku melihat tulisan “SELAMAT JALAN TANJUNG BASTIAN”. Sepertinya aku ingin berada di sini untuk waktu yang lama.
Hari ini aku datang dengan kamera tak berlensa. Ketika lensanya ada, aku akan datang mengabadikanmu. Aku akan datang dan menjadikanmu tempat terindah seperti khayalan masa kecilku.

HOLIDAY